MisiNews.id | Diamnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) atas pernyataan vulgar kadernya, SN Prana Putra Sohe, memicu amarah publik. Front Perlawanan Rakyat (FPR) Sumatera Selatan turun langsung ke kantor DPP PKB di Jakarta, Senin (30/6), membawa satu pesan keras: “Kalau PKB pura-pura tidak tahu, biar rakyat yang beri tahu.”
Aksi ini dilatarbelakangi pernyataan kontroversial Prana Sohe, anggota DPR RI Fraksi PKB, yang menyebut “rahasia awet muda adalah sering berhubungan intim” dalam siaran langsung media sosial. Bagi FPR, kalimat itu bukan sekadar kelakar, tapi bentuk pelecehan etika publik oleh pejabat negara.
“Kami datang bukan untuk basa-basi. Kami datang karena pejabat publik PKB menyampaikan omong kosong di ruang publik, dan partainya memilih bungkam,” ujar Koordinator FPR, Muhammad Syafiyallah.
Sindiran pedas pun diarahkan ke Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, yang sebelumnya sempat viral dengan ucapan “Saya tidak tahu, dan saya tidak diberi tahu” dalam menanggapi isu-isu serius di partainya.
“Kalau pemimpinnya saja berulang kali bilang tidak tahu, mungkin memang sengaja menutup mata. Maka kami datang: untuk memberi tahu, sekaligus mengingatkan,” tegas Syafri dari atas mobil komando.
FPR menganggap ucapan Prana Sohe sebagai bentuk degradasi moral legislatif, dan menuntut pertanggungjawaban moral dari PKB sebagai partai pengusung. Tak hanya meminta maaf, mereka menuntut:
- Permintaan maaf terbuka dari Prana Sohe.
- Pernyataan sikap resmi dari DPP PKB.
- Penerapan sanksi etik sesuai aturan partai.
- Pelatihan etika komunikasi publik untuk seluruh kader PKB.
Menurut Syafri, pihaknya sempat membuka ruang dialog sebelum aksi, tapi tak ada tanggapan dari Prana Sohe, apalagi permintaan maaf.
“Jangan sampai publik berpikir: kader PKB bisa bicara seenaknya, partainya cukup bilang tidak tahu, lalu semua selesai,” katanya.
FPR juga mengonfirmasi bahwa laporan terhadap Prana Sohe telah diajukan ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI.
Aksi berlangsung tertib, namun penuh tekanan. Seruan moral disuarakan, bukan hanya untuk PKB, tapi untuk seluruh partai politik agar serius menjaga etika dan integritas kadernya.
“Kalau publik diam, politik jadi panggung dagelan. Tapi kalau publik bersuara, demokrasi bisa diselamatkan,” tutup Syafri, disambut tepuk tangan massa aksi. *jm