Misinews.id | Dalam sebuah perayaan yang meriah, Asosiasi Pengusaha Kue dan Kuliner (Aspenku) Sumatera Selatan berhasil menghidupkan kembali tradisi “ngidang” atau “ngobeng” di Museum Bayt Al-Qur’an Al-Akbar, Gandus Palembang, Jumat (12/9) lalu.
Acara ini merupakan bagian dari rangkaian perayaan ulang tahun ke-6 Aspenku dan menjadi bukti nyata komitmen mereka dalam melestarikan warisan budaya sekaligus memajukan UMKM kuliner di Sumatera Selatan.
Ketua Yayasan IGM, H. Asmawati, mengapresiasi peran besar Ketua Aspenku Sumsel, Yus Elisa atau yang akrab disapa Bunda Rayya, yang dinilai berhasil membawa kuliner Sumsel dikenal lebih luas. “Asosiasi ini saya harapkan tetap maju dan mendunia. Apalagi di tengah semakin berkembangnya UMKM kuliner, tradisi makan ngidang yang kini jarang dilakukan perlu terus dihidupkan kembali sebagai identitas budaya Palembang dan Sumsel,” ujarnya.
Sementara itu, Bunda Rayya menjelaskan bahwa kegiatan ini menjadi puncak dari berbagai upaya yang telah dilakukan Aspenku sejak awal berdiri. Aspenku telah aktif menggelar berbagai acara, termasuk roadshow di 18 kabupaten/kota di seluruh Sumatera Selatan.
“Puncak kegiatan kali ini adalah tradisi ngidang dalam momentum peringatan HUT Aspenku ke-6, sekaligus menjadi rangkaian menuju pengukuhan dan pelantikan Aspenku Kota Palembang pada 16 September 2025,” jelasnya.
Menurut Bunda Rayya, kekuatan Aspenku terletak pada kebersamaan para pengusaha kuliner yang tergabung di dalamnya. “Kebersamaan inilah yang menjadi kunci bagi Aspenku untuk terus berkarya dan membawa kuliner Sumsel ke kancah nasional bahkan internasional,” tegasnya.
Mang Amin, seorang budayawan Sumatera Selatan, yang turut hadir dalam acara ini, mengungkapkan bahwa tradisi ngidang bukan sekadar makan bersama, tetapi sarana untuk mempererat silaturahmi dan menjaga semangat gotong royong.
“Lewat ngobeng, keluarga yang sudah lama tidak bertemu bisa berkumpul kembali. Jadi bukan sekadar makan, tapi mempererat hubungan sosial,” jelasnya.
Mang Amin juga menceritakan sejarah tradisi ini yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2014.
“Pelestarian budaya tidak hanya tugas pemerintah, tetapi juga seluruh masyarakat. Bisa dimulai dengan festival ngobeng, lomba masak kue delapan jam, tekwan, pempek, dan kuliner khas lainnya. Dengan begitu, budaya yang sempat bergeser ini akan hidup kembali,” pesannya.
Acara HUT Aspenku ke-6 ini dihadiri oleh berbagai tokoh masyarakat, budayawan, dan pegiat budaya Palembang. Momen ini menjadi pengingat bersama akan pentingnya menjaga jati diri budaya di tengah derasnya arus modernisasi. (aw)