MisiNews.id | Sebanyak 614 pucuk senjata api rakitan (senpira) hasil Operasi Senpi Musi Tahun 2024 dan 2025 serta penyerahan sukarela masyarakat, dimusnahkan oleh Polda Sumatera Selatan (Sumsel) pada Kamis (3/7/2025).
Pemusnahan ini dipimpin langsung oleh Kapolda Sumsel Irjen Pol Andi Rian R Djajadi di lapangan tembak Hasti Guna, Mako Brimob Polda Sumsel, dengan cara memotong senjata menggunakan gerinda mesin.
“Selama Operasi Senpi Musi 2025, Polda Sumsel berhasil mengamankan 32 orang dari 31 kasus yang diungkap,” ujar Irjen Pol Andi Rian kepada wartawan.
Kapolda menjelaskan, jumlah senpira yang diamankan tahun 2025 mengalami peningkatan sebesar 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2024, Polda Sumsel menyita 262 pucuk senpira, terdiri dari 169 laras panjang dan 93 laras pendek. Sedangkan pada 2025, jumlah meningkat menjadi 302 pucuk, dengan 154 laras panjang dan 148 laras pendek.
Selain hasil operasi dan pengungkapan kasus, sebagian besar senpira yang dimusnahkan juga berasal dari penyerahan sukarela masyarakat.
“Alhamdulillah, hasil di tahun 2025 menunjukkan peningkatan baik dari operasi, pengungkapan kasus, maupun penerimaan penyerahan masyarakat. Ini bukti meningkatnya kesadaran masyarakat serta komunikasi intensif dari personel Polda Sumsel,” ungkap mantan Kapolda Sulsel itu.
Namun demikian, Kapolda mengakui bahwa masih terdapat lokasi produksi senpira di wilayah Sumsel, khususnya di kawasan perbatasan antar provinsi, seperti di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).
“Secara umum, lokasi produksi masih banyak ditemukan di daerah perbatasan. Salah satunya di sekitar Kabupaten OKI,” ujarnya.
Pihaknya telah menginstruksikan Kapolres setempat untuk menindaklanjuti lokasi-lokasi tersebut, meskipun sebagian besar masyarakat lebih memilih untuk menyerahkan senpira secara sukarela.
Terkait alasan masyarakat menyimpan senpira, Kapolda menyebut banyak yang beralasan untuk melindungi diri dari hewan liar. Namun, menurutnya, argumen tersebut tidak dapat dibenarkan.
“Bukan hewan liar yang masuk ke permukiman, justru manusia lah yang mengganggu habitat mereka,” tegasnya.
Lebih lanjut, Andi Rian menyampaikan bahwa gajah, harimau, maupun babi hutan sebenarnya tidak menyerang manusia secara acak, melainkan hanya mempertahankan wilayah hidup mereka yang terancam.