Polemik Royalti Lagu ‘Tanah Airku’, PSSI: Lagu Perjuangan Tak Patut Dipungut Biaya

Misinews.id | Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) angkat suara terkait kewajiban membayar royalti atas pemutaran lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dan “Tanah Airku” dalam pertandingan sepak bola. Sekretaris Jenderal PSSI, Yunus Nusi, menyatakan bahwa aturan tersebut terasa janggal dan sebaiknya segera dihapus.

Aturan tersebut berasal dari Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN) bersama Karya Cipta Indonesia (KIC), yang mewacanakan adanya kewajiban pembayaran royalti atas lagu-lagu nasional yang diputar di ruang publik, termasuk stadion.

“Sebaiknya aturan ini segera dihapus karena berisik, membuat gaduh, dan tidak produktif,” kata Yunus kepada Bloomberg Technoz, Kamis (14/08/2025).

Yunus menegaskan bahwa lagu-lagu seperti “Indonesia Raya” dan “Tanah Airku” diciptakan oleh para komponis nasional dengan penuh ketulusan sebagai bentuk perjuangan, bukan untuk kepentingan komersial.

“Kami yakin tidak pernah terbersit di benak sang pencipta bahwa lagu ini kelak harus dibayar bila setiap individu atau elemen mana pun menyanyikannya,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa lagu-lagu kebangsaan memiliki nilai emosional dan simbolik yang sangat besar. Lagu tersebut selalu dinyanyikan oleh puluhan ribu suporter saat Timnas bertanding di stadion seperti Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta.

“Menggema di Stadion GBK dengan puluhan ribu suporter menyanyikan lagu ini, ada yang merinding bahkan ada yang menangis. Itulah nilai-nilai yang terkandung dalam lagu kebangsaan ini,” ungkapnya.

Polemik ini muncul usai adanya kabar bahwa PSSI diminta membayar royalti untuk lagu “Tanah Airku” ciptaan Ibu Soed, yang kerap diputar dalam laga-laga Timnas Indonesia.*